Apa Saja Tantangan Dalam Membesarkan Anak Di Era Digital?

victory

Apa saja tantangan dalam membesarkan anak di era digital?

Apa saja tantangan dalam membesarkan anak di era digital? – Apa saja tantangan membesarkan anak di era digital? Pertanyaan ini begitu relevan di zaman yang serba terhubung ini. Dunia digital menawarkan peluang luar biasa bagi perkembangan anak, namun di sisi lain, menimbulkan berbagai tantangan baru bagi orang tua.

Dari paparan konten negatif di media sosial hingga kecanduan gadget, orang tua menghadapi dilema dalam membimbing anak agar tetap aman dan berkembang secara optimal di tengah arus informasi yang deras.

Isi

Era digital menghadirkan kompleksitas baru dalam pengasuhan anak. Tantangannya meliputi penggunaan media sosial yang bertanggung jawab, pengaturan waktu layar yang seimbang, perlindungan dari konten berbahaya, pendidikan etika digital, dan penyesuaian pola asuh terhadap perkembangan teknologi. Memahami dan mengatasi tantangan ini menjadi kunci dalam membantu anak tumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas, dan berkarakter.

Dampak Negatif Media Sosial terhadap Perkembangan Anak

Apa saja tantangan dalam membesarkan anak di era digital?

Era digital menghadirkan tantangan unik dalam membesarkan anak. Media sosial, sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan anak, baik positif maupun negatif. Penting bagi orang tua untuk memahami dampaknya agar dapat membimbing anak menggunakan media sosial secara bijak dan sehat.

Penggunaan media sosial yang berlebihan atau tanpa pengawasan dapat berdampak buruk pada aspek sosial, emosional, dan kognitif anak. Perbandingan antara dampak positif dan negatifnya perlu dipahami agar orang tua dapat mengambil langkah tepat dalam mendampingi anak.

Perbandingan Dampak Positif dan Negatif Media Sosial

Aspek Dampak Positif Dampak Negatif
Sosial Memudahkan berinteraksi dengan teman dan keluarga, memperluas jaringan pertemanan. Memicu perbandingan sosial, cyberbullying, isolasi sosial di dunia nyata, kecanduan.
Emosional Meningkatkan rasa percaya diri (jika digunakan dengan tepat), akses informasi pendukung. Menurunkan harga diri karena perbandingan, kecemasan sosial, depresi, FOMO (Fear Of Missing Out).
Kognitif Akses informasi luas, pengembangan kreativitas (jika diarahkan dengan benar). Gangguan konsentrasi, penurunan kemampuan berpikir kritis, kecanduan, informasi yang tidak valid.

Paparan Konten Tidak Pantas dan Kesehatan Mental Anak

Paparan konten yang tidak pantas, seperti kekerasan, pornografi, atau ujaran kebencian di media sosial, dapat berdampak serius pada kesehatan mental anak. Hal ini dapat menyebabkan trauma psikologis, kecemasan, depresi, bahkan perilaku menyimpang. Anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan emosional dan kognitif rentan terhadap pengaruh negatif tersebut.

Strategi Membatasi Waktu dan Mengawasi Aktivitas Online Anak

Membatasi waktu penggunaan media sosial dan mengawasi aktivitas online anak merupakan langkah penting untuk melindungi mereka dari dampak negatif. Berikut beberapa strategi efektif:

  1. Tetapkan aturan penggunaan media sosial yang jelas dan konsisten, termasuk batasan waktu dan jenis konten yang diperbolehkan.
  2. Gunakan fitur kontrol orang tua yang tersedia di berbagai platform media sosial untuk membatasi akses dan memantau aktivitas anak.
  3. Libatkan anak dalam diskusi terbuka tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab dan ajarkan mereka untuk mengenali dan menghindari konten yang tidak pantas.

Panduan Komunikasi tentang Penggunaan Media Sosial yang Bertanggung Jawab

Komunikasi yang terbuka dan jujur antara orang tua dan anak sangat penting dalam membangun penggunaan media sosial yang sehat. Berikut panduan singkatnya:

  • Berbicara dengan anak tentang potensi bahaya media sosial, seperti cyberbullying dan konten yang tidak pantas.
  • Mengajarkan anak untuk berpikir kritis terhadap informasi yang mereka temukan di media sosial.
  • Menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bagi anak untuk berbagi pengalaman dan kekhawatiran mereka tentang penggunaan media sosial.
  • Menjadi teladan dalam penggunaan media sosial yang bertanggung jawab.

Contoh Skenario Interaksi Orang Tua dan Anak

Berikut contoh skenario interaksi orang tua dan anak terkait penggunaan media sosial yang sehat dan tidak sehat:

Skenario 1 (Sehat):Ibu: “Nak, aku lihat kamu aktif di grup belajar online. Bagus sekali! Tapi ingat, jangan lupa istirahat mata dan jangan sampai terlambat tidur ya.” Anak: “Iya, Bu. Aku sudah mengatur waktu untuk belajar dan bermain game online.

Skenario 2 (Tidak Sehat):Ayah: “Nak, aku lihat kamu sering main game online sampai larut malam. Apakah ini mengganggu tidur dan belajarmu?” Anak: “Enggak kok, Yah. Teman-temanku juga main sampai malam.” Ayah: “Tapi kesehatanmu lebih penting. Kita perlu membatasi waktu bermain game online agar tidak mengganggu aktivitas lain.”

Tantangan Mengatur Waktu Layar dan Aktivitas Online Anak

Apa saja tantangan dalam membesarkan anak di era digital?

Era digital menghadirkan kemudahan akses informasi dan hiburan bagi anak-anak, namun di sisi lain juga memunculkan tantangan tersendiri bagi orang tua. Mengatur waktu layar dan aktivitas online anak menjadi salah satu tantangan terbesar, karena dapat berdampak signifikan pada perkembangan fisik, mental, dan sosial mereka.

Menemukan keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata merupakan kunci untuk memastikan anak tumbuh sehat dan bahagia.

Tantangan ini semakin kompleks seiring bertambahnya usia anak, karena minat dan kebutuhan mereka terhadap teknologi juga berkembang. Oleh karena itu, pendekatan yang bijak dan proaktif sangat diperlukan untuk membantu anak-anak memanfaatkan teknologi secara positif dan bertanggung jawab.

Tips Membatasi Waktu Penggunaan Gadget Berdasarkan Usia

Membatasi waktu penggunaan gadget perlu disesuaikan dengan usia dan kematangan anak. Berikut beberapa tips praktis:

  • Sekolah Dasar (SD):Maksimal 1 jam per hari, fokus pada aktivitas edukatif seperti belajar online atau bermain game edukatif. Pantau penggunaan gadget dan dampingi anak saat menggunakannya.
  • Sekolah Menengah Pertama (SMP):Maksimal 2 jam per hari, berikan fleksibilitas dengan pengawasan. Diskusikan bersama anak tentang penggunaan waktu online yang bijak dan bertanggung jawab.
  • Sekolah Menengah Atas (SMA):Diskusikan batasan waktu bersama anak, berikan kepercayaan namun tetap pantau aktivitas online mereka. Dorong mereka untuk mengatur waktu sendiri dengan bijak.

Langkah-langkah Menciptakan Keseimbangan Aktivitas Online dan Offline

Keseimbangan antara aktivitas online dan offline sangat penting untuk perkembangan anak secara holistik. Berikut langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:

  1. Tetapkan aturan penggunaan gadget yang jelas dan konsisten.Aturan ini harus dipahami dan disepakati bersama anak.
  2. Dorong anak untuk terlibat dalam aktivitas offline yang bermanfaat,seperti berolahraga, membaca buku, bermain di luar ruangan, atau berinteraksi sosial dengan teman dan keluarga.
  3. Jadikan waktu makan dan tidur sebagai waktu bebas gadget.Ini penting untuk kesehatan fisik dan mental anak.
  4. Libatkan anak dalam kegiatan keluarga yang tidak melibatkan gadget,seperti memasak bersama, bermain game board, atau menonton film bersama.
  5. Berikan contoh yang baik.Orang tua juga perlu membatasi penggunaan gadget mereka sendiri agar anak dapat meniru perilaku positif.

Ilustrasi Perbedaan Aktivitas Anak

Bayangkan dua anak, sebut saja Budi dan Anton. Budi menghabiskan waktu berlebih di depan layar, mata lelah, postur tubuh bungkuk, jarang berinteraksi sosial, dan kurang beraktivitas fisik. Kulitnya terlihat pucat, dan ia sering mengeluh sakit kepala. Sementara Anton, memperoleh keseimbangan aktivitas online dan offline.

Ia bermain di luar ruangan, berinteraksi dengan teman-temannya, membaca buku, dan juga menggunakan gadget dengan bijak dan terkontrol. Anton memiliki postur tubuh yang baik, kulitnya sehat, dan ia terlihat lebih aktif dan ceria.

Dampak Negatif Kecanduan Gadget

Kecanduan gadget dapat berdampak negatif pada perkembangan fisik dan mental anak. Berikut tiga dampak negatifnya:

  • Gangguan penglihatan:Terlalu lama menatap layar dapat menyebabkan mata lelah, rabun jauh, dan bahkan kerusakan mata permanen.
  • Obesitas:Kurangnya aktivitas fisik akibat terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas.
  • Gangguan mental:Kecanduan gadget dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan gangguan tidur. Anak juga rentan terhadap cyberbullying dan konten negatif online.

Mengatur Fitur Kontrol Orang Tua pada Platform Digital

Banyak platform digital menyediakan fitur kontrol orang tua yang dapat membantu membatasi akses anak ke konten yang tidak pantas dan mengatur waktu penggunaan aplikasi. Contohnya, pada YouTube Kids, orang tua dapat mengatur konten yang dapat diakses anak.

Pada beberapa smartphone, orang tua dapat mengatur waktu penggunaan aplikasi tertentu dan memblokir aplikasi yang tidak diinginkan. Fitur serupa juga tersedia di platform lain seperti Netflix dan game online.

Perlindungan Anak dari Konten Online yang Berbahaya

Dunia digital menawarkan banyak kesempatan belajar dan bermain bagi anak-anak, namun juga menyimpan potensi bahaya yang perlu diwaspadai. Konten online yang berbahaya, seperti cyberbullying, konten kekerasan, dan eksploitasi seksual, dapat berdampak buruk pada perkembangan emosional dan psikologis anak. Oleh karena itu, peran orang tua dan sekolah sangat penting dalam melindungi anak-anak dari ancaman ini.

Mengenali dan menghindari konten online yang berbahaya membutuhkan kewaspadaan dan strategi yang tepat. Berikut ini beberapa langkah yang dapat diambil orang tua untuk melindungi anak-anak mereka.

Mengenali dan Menghindari Konten Online Berbahaya

Konten online berbahaya hadir dalam berbagai bentuk. Cyberbullying bisa berupa komentar jahat, ancaman, atau penyebaran informasi palsu yang menyakiti anak. Konten kekerasan dapat berupa video atau gambar yang menampilkan adegan brutal dan sadis. Eksploitasi seksual mencakup konten yang menampilkan anak-anak dalam situasi seksual yang eksplisit.

  • Ajarkan anak untuk mengenali tanda-tanda konten berbahaya, seperti bahasa yang kasar, gambar yang tidak pantas, atau ajakan yang mencurigakan.
  • Tetapkan aturan penggunaan internet yang jelas dan konsisten, termasuk batasan waktu online dan jenis situs yang boleh diakses.
  • Pantau aktivitas online anak secara berkala, tanpa mengintervensi privasi mereka secara berlebihan. Berbicaralah secara terbuka dan membangun kepercayaan agar anak merasa nyaman untuk berbagi pengalaman online mereka.

Aplikasi dan Situs Web untuk Memantau Aktivitas Online Anak

Beberapa aplikasi dan situs web dapat membantu orang tua memantau aktivitas online anak mereka, namun perlu diingat bahwa tidak ada sistem yang sempurna dan komunikasi tetap menjadi kunci utama.

Aplikasi/Situs Web Fungsi Utama
(Nama Aplikasi 1

contoh

Pelajari lebih dalam seputar mekanisme Bagaimana tren _traveling_ setelah pandemi? di lapangan.

Kaspersky Safe Kids)

Membatasi akses ke situs web yang tidak pantas, melacak lokasi anak, dan memantau aktivitas online.
(Nama Aplikasi 2

contoh

Google Family Link)

Memantau penggunaan aplikasi, membatasi waktu penggunaan perangkat, dan mengelola pengaturan perangkat anak.
(Nama Aplikasi 3

contoh

Norton Family)

Memberikan laporan aktivitas online anak, memblokir konten yang tidak pantas, dan memungkinkan komunikasi langsung dengan anak.

Strategi Komunikasi Efektif tentang Bahaya Konten Online

Komunikasi yang terbuka dan jujur adalah kunci dalam mendidik anak tentang bahaya konten online. Hindari ceramah panjang dan gunakan pendekatan yang ramah dan mudah dipahami.

  • Berbicaralah dengan anak tentang pengalaman mereka di dunia online, dengarkan dengan penuh perhatian, dan tunjukkan empati.
  • Ajarkan anak untuk berpikir kritis terhadap informasi yang mereka temukan online dan untuk memverifikasi sumber informasi.
  • Berikan contoh kasus nyata tentang bahaya konten online dan dampaknya terhadap individu.
  • Ajarkan anak untuk melaporkan konten berbahaya kepada orang dewasa yang dipercaya.

Peran Sekolah dalam Melindungi Anak dari Bahaya di Dunia Digital

Sekolah juga memiliki peran penting dalam melindungi anak dari bahaya di dunia digital. Sekolah dapat memberikan edukasi tentang keamanan online, membangun kesadaran akan cyberbullying dan konten berbahaya, serta melatih guru dan staf untuk mengidentifikasi dan menangani kasus-kasus yang terkait dengan keamanan online.

Contoh Percakapan Orang Tua dan Anak tentang Keamanan Online

Berikut contoh percakapan yang dapat menjadi inspirasi:

“Ayah/Ibu: Nak, hari ini kita bicara tentang keamanan online ya. Kamu pernah melihat sesuatu yang membuatmu tidak nyaman di internet? Anak: Iya, ada beberapa komentar jahat di postingan teman saya. Ayah/Ibu: Bagus kamu bercerita. Itu contoh cyberbullying. Apa yang kamu lakukan setelah melihat komentar tersebut? Anak: Aku abaikan saja.

Ayah/Ibu: Bagus, tapi lain kali, kamu bisa bercerita pada Ayah/Ibu atau guru. Kita bisa mencari solusi bersama. Jangan pernah membalas komentar jahat tersebut, ya.”

Mendidik Anak Mengenai Etika Digital dan Kehidupan Online yang Sehat

Era digital menghadirkan dunia maya yang luas dan penuh informasi. Namun, akses yang mudah ini juga membawa tantangan besar dalam membesarkan anak. Mendidik anak tentang etika digital dan kehidupan online yang sehat menjadi kunci agar mereka dapat memanfaatkan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab, terhindar dari bahaya, dan tumbuh menjadi individu yang berkarakter.

Berikut beberapa aspek penting dalam mendidik anak mengenai etika digital dan kehidupan online yang sehat:

Nilai-Nilai Etika Digital

Menanamkan nilai-nilai etika digital sejak dini sangat krusial. Hal ini membentuk pondasi perilaku anak di dunia maya. Nilai-nilai tersebut akan memandu mereka dalam berinteraksi dan bertindak secara bertanggung jawab.

  • Kesopanan: Berkomunikasi dengan sopan dan ramah, menghindari kata-kata kasar atau penghinaan, baik dalam komentar, pesan, maupun postingan.
  • Tanggung Jawab: Bertanggung jawab atas setiap tindakan dan unggahan di dunia maya. Memahami konsekuensi dari setiap perbuatan online.
  • Rasa Hormat: Menghormati privasi orang lain, tidak menyebarkan informasi pribadi tanpa izin, dan menghargai pendapat yang berbeda.
  • Integritas: Menunjukkan kejujuran dan kebenaran dalam berinteraksi online. Tidak menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan (hoaks).
  • Empati: Memahami perasaan orang lain dan bersikap peka terhadap dampak tindakan online terhadap orang lain.

Berpikir Kritis Terhadap Informasi Online

Di era informasi yang melimpah, kemampuan berpikir kritis sangat penting. Anak perlu dilatih untuk mengevaluasi informasi yang mereka temukan online sebelum mempercayainya.

  1. Sumber informasi: Ajarkan anak untuk memeriksa kredibilitas sumber informasi, seperti reputasi situs web, penulis, dan tanggal publikasi.
  2. Bukti pendukung: Dorong anak untuk mencari bukti pendukung dari berbagai sumber untuk memverifikasi kebenaran informasi.
  3. Sudut pandang: Bantu anak memahami bahwa informasi dapat disajikan dari berbagai sudut pandang dan tidak selalu objektif.
  4. Identifikasi bias: Latih anak untuk mengenali bias atau kepentingan tersembunyi di balik informasi yang disajikan.

Hak Cipta dan Sumber Informasi Terpercaya

Mengajarkan anak tentang hak cipta dan pentingnya menggunakan sumber informasi yang terpercaya akan membentuk kebiasaan baik dalam memanfaatkan konten digital.

Dapatkan dokumen lengkap tentang penggunaan Bagaimana tren _staycation_ di tahun 2025? yang efektif.

Jelaskan kepada anak bahwa setiap karya memiliki pemiliknya dan penggunaan tanpa izin dapat melanggar hukum. Ajak anak untuk selalu mencari informasi dari sumber yang terpercaya, seperti situs web pemerintah, lembaga pendidikan, dan media ternama.

Pelajari lebih dalam seputar mekanisme Apakah _sustainable tourism_ akan semakin diminati? di lapangan.

Praktik Etika Digital Bersama Orang Tua

Menerapkan etika digital tidak cukup hanya dengan teori. Orang tua perlu memberikan contoh dan terlibat dalam aktivitas yang mempraktikkan nilai-nilai tersebut.

  • Diskusi online: Diskusikan bersama anak tentang pengalaman online mereka, baik positif maupun negatif.
  • Membuat konten positif: Ajak anak untuk membuat konten positif dan bermanfaat, seperti video edukatif atau cerita inspiratif.
  • Bermain game online: Bermain game online bersama anak dan ajarkan mereka untuk bermain dengan sportif dan menghormati pemain lain.
  • Mencari informasi bersama: Cari informasi bersama anak dan ajarkan mereka cara mengevaluasi kredibilitas sumber informasi.

Program Pendidikan Etika Digital di Sekolah

Sekolah berperan penting dalam mendidik siswa tentang etika digital. Program pendidikan singkat yang terintegrasi dalam kurikulum dapat membantu siswa memahami dan menerapkan nilai-nilai etika digital dalam kehidupan sehari-hari.

Perhatikan Destinasi wisata mana yang akan populer di tahun 2025? untuk rekomendasi dan saran yang luas lainnya.

Program tersebut dapat meliputi materi tentang kesopanan online, tanggung jawab digital, penggunaan media sosial yang bijak, dan bahaya cyberbullying. Sekolah juga dapat mengadakan workshop atau seminar yang melibatkan pakar teknologi dan ahli pendidikan.

Dampak Perkembangan Teknologi terhadap Pola Asuh: Apa Saja Tantangan Dalam Membesarkan Anak Di Era Digital?

Era digital telah membawa perubahan besar dalam kehidupan kita, termasuk dalam hal pengasuhan anak. Kehadiran internet, gawai pintar, dan berbagai aplikasi telah memberikan kemudahan sekaligus tantangan baru bagi orang tua. Artikel ini akan membahas dampak perkembangan teknologi terhadap pola asuh, mengungkap tantangan yang dihadapi, dan menawarkan strategi untuk menghadapi perubahan ini.

Perbandingan Pola Asuh di Era Digital dan Pra-Digital

Perbedaan pola asuh antara era digital dan pra-digital cukup signifikan. Berikut perbandingannya:

Aspek Era Pra-Digital Era Digital
Interaksi Sosial Lebih banyak interaksi tatap muka langsung, bermain di luar rumah, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Lebih banyak interaksi virtual melalui media sosial, game online, dan aplikasi pesan instan. Potensi interaksi langsung berkurang.
Sumber Informasi Buku, televisi, dan interaksi langsung dengan orang tua dan guru sebagai sumber informasi utama. Akses mudah ke informasi melalui internet, namun juga rentan terhadap informasi yang tidak akurat atau berbahaya.
Hiburan Permainan tradisional, buku cerita, dan aktivitas luar ruangan. Game digital, video streaming, dan aplikasi hiburan lainnya. Potensi kecanduan dan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.
Pendidikan Terbatas pada sekolah dan bimbingan orang tua. Akses ke berbagai platform pembelajaran online, aplikasi edukatif, dan sumber daya pendidikan digital lainnya.

Tantangan Mengimbangi Perkembangan Teknologi dengan Kebutuhan Perkembangan Anak

Orang tua di era digital menghadapi berbagai tantangan dalam mengimbangi perkembangan teknologi dengan kebutuhan perkembangan anak. Salah satunya adalah mengontrol waktu penggunaan gawai, melindungi anak dari konten negatif di internet, dan memastikan keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata.

Selain itu, orang tua juga perlu memahami dampak teknologi terhadap perkembangan kognitif, sosial-emosional, dan fisik anak.

Teknologi sebagai Pendukung Pengasuhan Anak

Meskipun ada tantangan, teknologi juga dapat menjadi alat bantu yang efektif dalam pengasuhan. Aplikasi edukatif dapat membantu anak belajar dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Aplikasi pemantauan gawai dapat membantu orang tua mengawasi aktivitas online anak. Komunikasi jarak jauh melalui video call juga dapat mempermudah orang tua yang bekerja untuk tetap terhubung dengan anak.

Strategi Menyesuaikan Pola Asuh dengan Perkembangan Teknologi

  • Tetapkan batasan waktu penggunaan gawai:Buat aturan yang jelas tentang berapa lama anak boleh menggunakan gawai setiap harinya dan pantau penggunaannya.
  • Awasi konten digital yang diakses anak:Gunakan fitur kontrol orang tua pada perangkat dan aplikasi untuk memblokir akses ke konten yang tidak pantas.
  • Libatkan anak dalam aktivitas offline:Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas di luar ruangan, bermain permainan tradisional, dan berinteraksi langsung dengan orang lain.

Kutipan Ahli tentang Tantangan dan Peluang Pola Asuh di Era Digital, Apa saja tantangan dalam membesarkan anak di era digital?

“Orang tua perlu menjadi ‘digital native’ untuk dapat membimbing anak-anak mereka di dunia digital. Mereka harus memahami teknologi dan risikonya untuk dapat melindungi anak-anak mereka.”

(Nama Ahli dan Sumber)

“Teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk pembelajaran dan perkembangan anak, asalkan digunakan dengan bijak dan seimbang.”

(Nama Ahli dan Sumber)

“Tantangan terbesar bagi orang tua di era digital adalah menemukan keseimbangan antara manfaat teknologi dan potensi dampak negatifnya terhadap perkembangan anak.”

(Nama Ahli dan Sumber)

FAQ Terperinci

Bagaimana cara mengajarkan anak untuk bijak menggunakan internet?

Ajarkan anak untuk berpikir kritis terhadap informasi online, verifikasi sumber, dan waspada terhadap konten berbahaya. Berikan contoh penggunaan internet yang bertanggung jawab.

Apa yang harus dilakukan jika anak mengalami cyberbullying?

Dengarkan anak, berikan dukungan emosional, laporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwenang (sekolah atau platform digital), dan ajarkan anak untuk memblokir pelaku dan menyimpan bukti.

Bagaimana cara membatasi penggunaan gadget anak tanpa membuatnya memberontak?

Tetapkan aturan penggunaan gadget bersama anak, berikan konsekuensi yang jelas jika aturan dilanggar, dan tawarkan alternatif aktivitas offline yang menarik.

Bagaimana cara mengenali tanda-tanda kecanduan gadget pada anak?

Perhatikan perubahan perilaku seperti mudah marah jika gadgetnya diambil, mengorbankan aktivitas lain demi gadget, mengalami kesulitan tidur, dan penurunan prestasi akademik.