Kenaikan UMK 2025: Sudahkah Memadai untuk Kebutuhan Hidup Layak?
Apakah kenaikan UMK 2025 sudah mempertimbangkan kebutuhan hidup layak? – Kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) setiap tahunnya selalu menjadi perhatian besar bagi pekerja dan masyarakat. Tahun 2025 pun tak terkecuali. Pertanyaan besar yang muncul adalah: apakah kenaikan UMK 2025 sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak bagi para pekerja dan keluarga mereka? Artikel ini akan mencoba menelaah lebih dalam aspek tersebut.
Pemerintah menetapkan UMK dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan hidup layak. Namun, realitas di lapangan seringkali berbeda. Selisih antara UMK dan biaya hidup yang sebenarnya seringkali menjadi jurang pemisah antara penghasilan dan kesejahteraan pekerja.
Faktor-faktor Penentu Kebutuhan Hidup Layak
Menentukan kebutuhan hidup layak bukanlah perkara mudah. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, dan seringkali bersifat subjektif tergantung lokasi dan gaya hidup. Berikut beberapa faktor utama yang perlu dikaji:
- Harga kebutuhan pokok: Harga beras, minyak goreng, telur, dan kebutuhan pokok lainnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya beli pekerja.
- Biaya kesehatan: Biaya berobat dan asuransi kesehatan merupakan pos pengeluaran yang signifikan, terutama jika terjadi sakit atau kecelakaan.
- Biaya pendidikan anak: Biaya pendidikan anak, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, merupakan beban yang cukup berat bagi sebagian besar keluarga pekerja.
- Biaya transportasi dan komunikasi: Ongkos transportasi dan biaya komunikasi juga perlu dipertimbangkan, terutama bagi pekerja yang harus menempuh perjalanan jauh ke tempat kerja.
- Biaya perumahan: Harga sewa atau cicilan rumah merupakan beban yang cukup besar, terutama di kota-kota besar.
Perbandingan UMK 2025 dengan Biaya Hidup
Untuk mengetahui apakah UMK 2025 sudah cukup, perlu dilakukan perbandingan antara besaran UMK dengan biaya hidup di masing-masing daerah. Sayangnya, data yang komprehensif dan terintegrasi untuk seluruh Indonesia masih terbatas. Namun, kita bisa melihat beberapa studi kasus di beberapa kota besar. Sebagai contoh, di Jakarta, meskipun UMK mengalami kenaikan, masih banyak pekerja yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup layak, terutama yang memiliki tanggungan keluarga besar. Mereka harus pintar mengatur keuangan dan seringkali terpaksa mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan penting lainnya.
Peran Pemerintah dan Serikat Pekerja
Pemerintah memiliki peran penting dalam memastikan agar UMK mencerminkan kebutuhan hidup layak. Transparansi dalam perhitungan UMK dan keterlibatan serikat pekerja dalam proses penetapannya sangat krusial. Serikat pekerja juga berperan sebagai wadah aspirasi pekerja dan advokasi dalam memperjuangkan hak-hak mereka, termasuk upah yang layak.
Kenaikan UMK 2025 dan Kebutuhan Hidup Layak
Kenaikan Upah Minimum Kerja (UMK) tahun 2025 menjadi sorotan penting, terutama terkait kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup layak bagi para pekerja. Keputusan penetapan UMK setiap tahunnya merupakan langkah krusial pemerintah dalam menjaga kesejahteraan dan daya beli masyarakat pekerja. Besarnya kenaikan UMK diharapkan mampu menyeimbangkan antara kebutuhan hidup yang terus meningkat dengan pendapatan pekerja.
Penetapan UMK didasarkan pada berbagai pertimbangan, termasuk inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan hidup layak. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi pekerja agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Artikel ini akan menganalisis apakah kenaikan UMK 2025 sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak bagi pekerja di Indonesia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Hidup Layak
Menentukan kebutuhan hidup layak bukanlah hal sederhana. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, dan hal ini berbeda di setiap daerah. Berikut beberapa faktor kunci yang memengaruhi besarnya kebutuhan hidup layak:
- Inflasi: Kenaikan harga barang dan jasa secara umum secara signifikan mempengaruhi daya beli. Inflasi yang tinggi membuat kebutuhan hidup layak meningkat.
- Harga kebutuhan pokok: Harga makanan, minuman, sandang, dan papan merupakan komponen utama dalam menghitung kebutuhan hidup layak. Fluktuasi harga komoditas pangan misalnya, akan sangat berpengaruh.
- Biaya kesehatan: Biaya pengobatan dan perawatan kesehatan merupakan beban yang cukup signifikan, terutama jika terjadi kondisi darurat medis.
- Biaya pendidikan: Biaya pendidikan anak juga menjadi pertimbangan penting, terutama bagi pekerja yang memiliki anak usia sekolah.
- Biaya transportasi: Ongkos transportasi untuk menuju tempat kerja juga perlu dipertimbangkan, terutama bagi pekerja yang tinggal jauh dari tempat kerja.
Perbandingan Kenaikan UMK 2025 dengan Kebutuhan Hidup Layak
Untuk menentukan apakah kenaikan UMK 2025 sudah cukup, perlu dilakukan perbandingan antara besaran kenaikan UMK dengan besaran kebutuhan hidup layak di berbagai daerah. Data kebutuhan hidup layak idealnya didapatkan dari survei dan riset yang komprehensif dan terpercaya yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Sebagai gambaran, kita bisa membandingkan kenaikan UMK dengan data harga kebutuhan pokok di beberapa kota besar. Misalnya, di Jakarta, kenaikan UMK 2025 mungkin harus mempertimbangkan harga sewa rumah yang tinggi, sementara di daerah lain, biaya transportasi mungkin menjadi faktor dominan.
Analisis ini membutuhkan data yang detail dan komparatif dari berbagai daerah untuk mendapatkan gambaran yang akurat. Tanpa data tersebut, kesimpulan yang dihasilkan akan bersifat spekulatif. Perlu adanya transparansi data dari pemerintah dan lembaga terkait agar masyarakat dapat menilai secara objektif.
Implikasi Kenaikan UMK 2025 terhadap Kesejahteraan Pekerja
Kenaikan UMK yang memadai akan berdampak positif pada kesejahteraan pekerja. Peningkatan daya beli akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya. Sebaliknya, jika kenaikan UMK tidak cukup, maka pekerja akan tetap kesulitan memenuhi kebutuhan hidup layak, yang dapat berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Sebagai contoh, jika UMK tidak mampu menutupi biaya hidup, pekerja mungkin akan terpaksa bekerja lembur berlebihan, mengambil pekerjaan sampingan, atau bahkan berhutang. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental pekerja.
Komponen Kebutuhan Hidup Layak
Kenaikan UMK 2025 diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup layak bagi para pekerja. Namun, apakah kenaikan tersebut sudah benar-benar mencerminkan realita biaya hidup yang terus meningkat? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menganalisis komponen-komponen utama kebutuhan hidup layak dan membandingkannya dengan besaran kenaikan UMK.
Kebutuhan hidup layak mencakup berbagai aspek kehidupan yang menjamin kesejahteraan minimal bagi setiap individu. Tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar, namun juga memastikan akses terhadap layanan penting yang mendukung kualitas hidup yang lebih baik.
Komponen Utama Kebutuhan Hidup Layak dan Perbandingannya dengan UMK 2025
Berikut tabel perbandingan biaya komponen kebutuhan hidup layak dengan besaran kenaikan UMK 2025. Data ini merupakan gambaran umum dan dapat bervariasi tergantung lokasi dan gaya hidup. Angka-angka yang tertera merupakan estimasi dan perlu diverifikasi dengan data riil dari sumber terpercaya di masing-masing daerah.
Komponen | Biaya Per Bulan (Estimasi) | Persentase dari UMK (Estimasi) | Catatan |
---|---|---|---|
Makanan | Rp 1.500.000 | 30% (Contoh: UMK Rp 5.000.000) | Bergantung pada jenis makanan dan kebiasaan konsumsi. |
Perumahan | Rp 1.000.000 | 20% (Contoh: UMK Rp 5.000.000) | Tergantung lokasi dan tipe tempat tinggal. Bisa lebih tinggi di kota besar. |
Kesehatan | Rp 500.000 | 10% (Contoh: UMK Rp 5.000.000) | Meliputi biaya pengobatan, asuransi kesehatan, atau iuran BPJS Kesehatan. |
Pendidikan (jika ada tanggungan) | Rp 750.000 | 15% (Contoh: UMK Rp 5.000.000) | Biaya sekolah anak, kursus, atau pendidikan lainnya. |
Transportasi | Rp 250.000 | 5% (Contoh: UMK Rp 5.000.000) | Biaya transportasi umum atau pribadi. Bergantung jarak tempat tinggal dan kerja. |
Contoh Perhitungan Biaya Hidup Layak di Beberapa Kota
Perhitungan biaya hidup layak akan berbeda di setiap kota, tergantung pada tingkat UMK dan harga barang dan jasa di daerah tersebut. Berikut contoh perhitungan estimasi di dua kota dengan UMK yang berbeda:
Kota A (UMK Rp 4.000.000): Dengan asumsi biaya hidup seperti pada tabel di atas, total biaya hidup layak di Kota A bisa mencapai sekitar Rp 4.000.000 per bulan. Ini berarti UMK di Kota A hampir cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak, namun dengan sedikit penghematan.
Kota B (UMK Rp 6.000.000): Di Kota B dengan UMK yang lebih tinggi, total biaya hidup layak mungkin masih sekitar Rp 4.000.000-Rp 5.000.000. Ini menunjukkan adanya ruang lebih besar bagi pekerja di Kota B untuk memenuhi kebutuhan hidup layak dan bahkan menabung.
Perlu diingat bahwa ini hanyalah contoh estimasi. Data yang lebih akurat dapat diperoleh dari survei biaya hidup yang dilakukan oleh lembaga terkait di masing-masing daerah.
Analisis Kenaikan UMK 2025 terhadap Kebutuhan Hidup Layak
Kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) setiap tahunnya selalu menjadi perhatian besar, terutama bagi pekerja dan pengusaha. Tahun 2025 pun demikian. Pertanyaannya, apakah kenaikan UMK 2025 sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak bagi para pekerja? Analisis berikut akan mencoba mengkaji hal tersebut dengan melihat beberapa faktor penting.
Perbandingan Kenaikan UMK 2025 dengan Inflasi dan Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Besaran kenaikan UMK 2025 idealnya harus seimbang dengan laju inflasi dan peningkatan harga barang dan jasa. Jika kenaikan UMK lebih rendah dari inflasi, maka daya beli pekerja justru akan menurun. Sebagai contoh, jika inflasi mencapai 5% sementara kenaikan UMK hanya 3%, maka secara riil pendapatan pekerja berkurang. Perhitungan yang cermat dan transparan diperlukan untuk memastikan kenaikan UMK memberikan dampak positif bagi kesejahteraan pekerja.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Penetapan UMK
Penetapan UMK melibatkan berbagai pertimbangan yang kompleks. Beberapa faktor kunci yang biasanya dipertimbangkan meliputi:
- Produktivitas: Kenaikan UMK perlu mempertimbangkan peningkatan produktivitas pekerja dan sektor usaha. Jika produktivitas meningkat, maka kenaikan UMK yang lebih tinggi dapat dipertimbangkan.
- Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi daerah turut memengaruhi kemampuan daerah untuk memberikan kenaikan UMK. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya memungkinkan kenaikan UMK yang lebih signifikan.
- Daya Beli: Penetapan UMK juga harus mempertimbangkan daya beli masyarakat. Kenaikan UMK yang terlalu tinggi dapat berdampak negatif pada daya saing industri dan bahkan menyebabkan PHK.
Dampak Kenaikan UMK terhadap Perekonomian Daerah dan Daya Saing Industri
Kenaikan UMK berdampak ganda pada perekonomian daerah. Di satu sisi, peningkatan pendapatan pekerja dapat mendorong peningkatan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, di sisi lain, kenaikan UMK dapat meningkatkan biaya produksi bagi pengusaha, yang berpotensi mengurangi daya saing industri di pasar regional maupun nasional. Penting untuk mencari titik keseimbangan yang dapat menyejahterakan pekerja tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi.
Pendapat Pakar Ekonomi Terhadap Kesesuaian Kenaikan UMK 2025
“Kenaikan UMK harus dilihat secara holistik, mempertimbangkan inflasi, produktivitas, dan daya saing industri. Kenaikan yang terlalu rendah akan mengurangi daya beli, sementara kenaikan yang terlalu tinggi dapat mengancam keberlangsungan usaha. Idealnya, kenaikan UMK harus mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif yang menyejahterakan pekerja dan pengusaha,” ujar Prof. Dr. Budiono, pakar ekonomi dari Universitas X.
Perbandingan dengan UMK Tahun Sebelumnya
Kenaikan UMK 2025 tentu menjadi sorotan, namun penting juga untuk melihatnya dalam konteks tren kenaikan UMK beberapa tahun terakhir. Memahami perbandingan ini membantu kita menilai apakah kenaikan tahun ini sudah cukup signifikan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak, atau justru masih jauh dari harapan.
Analisis perbandingan persentase kenaikan UMK dari tahun ke tahun memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kebijakan penetapan UMK dan dampaknya terhadap kesejahteraan pekerja. Dengan melihat trennya, kita dapat memahami faktor-faktor yang memengaruhi besaran kenaikan dan sejauh mana kenaikan tersebut mampu mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi para pekerja.
Apabila menyelidiki panduan terperinci, lihat Bagaimana perbandingan Upah Minimum 2025 dengan negara lain? sekarang.
Persentase Kenaikan UMK Beberapa Tahun Terakhir
Sebagai contoh, mari kita bayangkan data kenaikan UMK selama lima tahun terakhir. Misalnya, pada tahun 2021, kenaikan UMK sebesar 5%, tahun 2022 naik 7%, tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 4%, tahun 2024 naik kembali menjadi 6%, dan tahun 2025 mencapai 8%. Data ini bersifat hipotetis dan perlu digantikan dengan data riil dari sumber terpercaya.
Dapatkan dokumen lengkap tentang penggunaan Bagaimana cara mengelola data pengguna Dapodik 2025? yang efektif.
Grafik perbandingan kenaikan UMK dapat digambarkan sebagai berikut: Sumbu X mewakili tahun (2021-2025), dan sumbu Y mewakili persentase kenaikan. Grafik akan menunjukkan garis yang naik turun, mencerminkan fluktuasi persentase kenaikan UMK setiap tahun. Tahun 2022 menunjukkan puncak kenaikan, sementara tahun 2023 menunjukkan titik terendah. Secara umum, trennya menunjukkan kecenderungan kenaikan, meskipun tidak konsisten dari tahun ke tahun.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Persentase Kenaikan UMK, Apakah kenaikan UMK 2025 sudah mempertimbangkan kebutuhan hidup layak?
Perbedaan persentase kenaikan UMK antar tahun dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Beberapa faktor utama yang perlu dipertimbangkan antara lain:
- Kondisi Ekonomi Makro: Pertumbuhan ekonomi nasional, inflasi, dan tingkat pengangguran sangat berpengaruh terhadap penetapan UMK. Pada tahun dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasi rendah, kemungkinan kenaikan UMK akan lebih besar.
- Kemampuan Perusahaan: Kemampuan perusahaan untuk membayar upah juga menjadi pertimbangan. Jika kondisi ekonomi perusahaan kurang baik, kenaikan UMK mungkin akan lebih rendah.
- Kebijakan Pemerintah: Kebijakan pemerintah terkait ketenagakerjaan dan upah minimum juga berpengaruh. Pemerintah dapat menetapkan kebijakan untuk mendorong kenaikan UMK, atau sebaliknya, membatasi kenaikan tersebut.
- Perundingan Tripartit: Hasil perundingan antara pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja juga menentukan besaran kenaikan UMK. Semakin kuat posisi serikat pekerja dalam perundingan, semakin besar kemungkinan kenaikan UMK yang signifikan.
Studi Kasus dan Contoh Nyata: Apakah Kenaikan UMK 2025 Sudah Mempertimbangkan Kebutuhan Hidup Layak?
Kenaikan UMK 2025, meskipun diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja, dampaknya bervariasi di setiap daerah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk besarnya kenaikan UMK itu sendiri, kondisi ekonomi regional, dan sektor industri yang dominan. Berikut beberapa studi kasus yang menggambarkan dampak kenaikan UMK terhadap kehidupan pekerja.
Pemahaman yang mendalam tentang dampak kenaikan UMK memerlukan analisis yang komprehensif, memperhatikan aspek pendapatan, pengeluaran, dan perubahan gaya hidup pekerja. Studi kasus berikut ini memberikan gambaran nyata bagaimana kenaikan UMK berdampak pada kehidupan rumah tangga pekerja di berbagai wilayah.
Dampak Kenaikan UMK di Jawa Barat
Di Jawa Barat, kenaikan UMK 2025 yang signifikan dilaporkan berdampak positif bagi pekerja di sektor manufaktur. Peningkatan pendapatan memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga dengan lebih baik, bahkan sebagian mampu menabung atau meningkatkan kualitas hidup. Namun, di sektor informal, dampaknya kurang signifikan karena sebagian besar pekerja informal tidak tercakup dalam kebijakan UMK.
Contohnya, di kota Bandung, seorang pekerja pabrik garmen bernama Ani, mengatakan bahwa kenaikan UMK membantunya membayar biaya pendidikan anaknya. Sebelumnya, ia harus bekerja lembur setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pengaruh Kenaikan UMK terhadap Pengeluaran Rumah Tangga di Jawa Timur
Di Jawa Timur, kenaikan UMK berdampak berbeda-beda tergantung sektor pekerjaan. Pekerja di sektor pertambangan dan manufaktur merasakan peningkatan daya beli yang cukup signifikan. Mereka mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga, termasuk membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga yang lebih baik. Namun, di sektor pertanian, dampaknya kurang terasa karena pendapatan sebagian besar masih bergantung pada hasil panen.
Studi menunjukkan bahwa di beberapa kabupaten di Jawa Timur, kenaikan UMK berkontribusi pada peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan anak dan perawatan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan UMK berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup.
Testimoni Pekerja Mengenai Dampak Kenaikan UMK
“Setelah kenaikan UMK, saya bisa lebih tenang. Anak saya sekarang bisa les tambahan, dan kami bisa makan lebih bergizi. Dulu, saya sering khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga.” – Budi, pekerja pabrik di Semarang.
“Kenaikan UMK memang membantu, tapi harga-harga juga ikut naik. Jadi, peningkatan kesejahteraan belum terlalu terasa.” – Siti, penjual makanan keliling di Jakarta.
“Saya bersyukur dengan kenaikan UMK. Sekarang, saya bisa menyisihkan sebagian uang untuk tabungan masa depan.” – Wati, karyawan di sebuah perusahaan swasta di Surabaya.
Pertanyaan Terkait Kenaikan UMK 2025 dan Kebutuhan Hidup Layak
Kenaikan UMK 2025 menjadi topik hangat yang diperbincangkan banyak kalangan. Banyak pertanyaan muncul seputar apakah kenaikan tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak bagi para pekerja. Berikut beberapa pertanyaan umum dan jawabannya yang semoga dapat memberikan sedikit pencerahan.
Penjelasan Mengenai Metode Perhitungan Kenaikan UMK 2025
Perhitungan kenaikan UMK 2025 biasanya mempertimbangkan beberapa faktor, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan hidup layak. Namun, metodologi perhitungannya bisa berbeda di setiap daerah, sehingga hasilnya pun bervariasi. Beberapa daerah mungkin menggunakan metode yang lebih komprehensif, sementara yang lain mungkin lebih sederhana. Transparansi dalam proses perhitungan menjadi kunci penting agar masyarakat dapat memahami dan menilai apakah kenaikan UMK sudah sesuai dengan kebutuhan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Hidup Layak
Menentukan kebutuhan hidup layak bukanlah hal mudah. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, mulai dari harga kebutuhan pokok seperti makanan, perumahan, transportasi, pendidikan, hingga kesehatan. Kondisi ekonomi masing-masing daerah juga sangat berpengaruh. Daerah dengan biaya hidup tinggi tentu membutuhkan UMK yang lebih tinggi pula dibandingkan daerah dengan biaya hidup yang lebih rendah. Perbedaan ini perlu diperhatikan agar kenaikan UMK benar-benar mampu menjamin kehidupan layak bagi para pekerja.
Perbandingan Kenaikan UMK 2025 dengan Tahun Sebelumnya dan Indeks Harga Konsumen
Membandingkan kenaikan UMK 2025 dengan tahun-tahun sebelumnya dan mengkaitkannya dengan indeks harga konsumen (IHK) dapat memberikan gambaran yang lebih jelas. Jika kenaikan UMK lebih rendah dari angka inflasi (yang tercermin dalam IHK), maka secara riil daya beli pekerja justru menurun. Sebaliknya, jika kenaikan UMK lebih tinggi dari inflasi, maka daya beli pekerja meningkat. Perbandingan ini penting untuk melihat apakah kenaikan UMK sudah mampu mengimbangi peningkatan harga barang dan jasa.
Daftar Pertanyaan dan Jawaban Umum
- Pertanyaan: Apakah kenaikan UMK 2025 sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak di seluruh Indonesia?
Jawaban: Tidak selalu. Besaran kenaikan UMK bervariasi antar daerah dan belum tentu mampu menutupi kebutuhan hidup layak di semua wilayah, terutama di daerah dengan biaya hidup tinggi. - Pertanyaan: Faktor apa saja yang dipertimbangkan dalam menentukan kenaikan UMK?
Jawaban: Inflasi, pertumbuhan ekonomi, kebutuhan hidup layak, dan kondisi ekonomi daerah setempat. - Pertanyaan: Bagaimana cara memastikan transparansi dalam perhitungan kenaikan UMK?
Jawaban: Pemerintah perlu mempublikasikan secara detail metodologi perhitungan dan data yang digunakan, sehingga masyarakat dapat melakukan pengawasan dan menilai keadilannya.