Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025
Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025 – Penetapan 1 Syawal 1446 H oleh Muhammadiyah selalu menjadi perhatian publik, terutama bagi umat Islam di Indonesia. Perbedaan metode perhitungan hisab dengan pemerintah seringkali memunculkan perbedaan tanggal Lebaran. Artikel ini akan mengulas metode perhitungan hisab Muhammadiyah untuk menentukan Lebaran 2025, membandingkannya dengan metode lain, dan merinci perbedaan hasil perhitungannya dengan pemerintah.
Metode Perhitungan Hisab Muhammadiyah
Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dalam menentukan awal bulan Syawal. Metode ini didasarkan pada perhitungan astronomis yang akurat untuk menentukan posisi hilal (bulan sabit muda) setelah matahari terbenam. Kriteria yang digunakan adalah hilal telah terbenam sebelum matahari terbenam dengan ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi minimal 7 derajat. Dengan metode ini, posisi bulan dihitung secara presisi, mempertimbangkan berbagai faktor astronomis seperti posisi matahari, bulan, dan bumi.
Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025? Masih lama sih, tapi nggak ada salahnya kan mulai mikir-mikir baju baru? Soalnya, persiapan Ramadhan itu penting banget! Biar nggak kelabakan, cek aja Hitung Mundur Puasa 2025 Date Persiapan Ramadhan untuk ngecek jadwalnya. Nah, setelah puas berpuasa, kita bisa kembali merayakan kemenangan dengan semangat Lebaran Muhammadiyah 2025 yang penuh berkah! Semoga tahun depan kita semua bisa lebih baik lagi, ya!
Perbandingan Metode Hisab Muhammadiyah dengan Metode Lain
Berbagai organisasi Islam di Indonesia menggunakan metode berbeda dalam menentukan awal bulan Syawal. Perbedaan ini berdampak pada perbedaan tanggal penetapan Lebaran. Berikut tabel perbandingan:
Organisasi | Metode Hisab | Kriteria Penetapan Lebaran |
---|---|---|
Muhammadiyah | Hisab Hakiki Wujudul Hilal | Ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 7 derajat |
Pemerintah Indonesia | Kombinasi Hisab dan Rukyat | Mengutamakan hasil rukyat (pengamatan hilal) jika memungkinkan, jika tidak baru menggunakan hisab |
Organisasi Islam Lainnya (Contoh) | Beragam, tergantung pada mazhab dan interpretasi | Beragam, tergantung pada mazhab dan interpretasi |
Perbedaan mendasar terletak pada penekanan pada hisab (perhitungan) atau rukyat (pengamatan). Muhammadiyah konsisten menggunakan hisab, sementara pemerintah Indonesia menggabungkan keduanya, dengan prioritas pada rukyat jika memungkinkan. Organisasi lain mungkin memiliki pendekatan yang lebih beragam.
Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025? Ah, itu masih misteri yang bikin kepala pusing kayak lagi nyari kunci di balik lemari! Tapi tenang, untuk urusan kapan tepatnya Lebaran 2025 tiba, kamu bisa intip di sini: Lebaran 2025 Jatuh Pada Tanggal Berapa? Setelah tahu tanggal pastinya, baru deh kita bisa mulai merencanakan baju baru, opor ayam, dan tentunya, silaturahmi meriah untuk Lebaran Muhammadiyah 2025 yang penuh berkah! Semoga tahun depan kita semua sudah pada siap-siap ya!
Perbedaan Hasil Perhitungan Muhammadiyah dan Pemerintah Indonesia Tahun 2025, Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025
Untuk tahun 2025, diprediksi akan terjadi perbedaan penetapan tanggal Lebaran antara Muhammadiyah dan pemerintah Indonesia. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan metode perhitungan dan kriteria yang digunakan. Prediksi ini didasarkan pada perhitungan hisab yang telah dilakukan oleh kedua pihak. Meskipun belum ada pengumuman resmi, perbedaan ini diperkirakan akan terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya, dengan selisih satu atau dua hari.
Ilustrasi Perbedaan Metode Hisab
Metode wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah menekankan pada perhitungan posisi hilal secara matematis. Jika perhitungan menunjukkan hilal telah memenuhi kriteria, maka 1 Syawal ditetapkan. Sebaliknya, metode rukyat mengandalkan pengamatan hilal secara visual. Keberhasilan pengamatan bergantung pada kondisi cuaca dan kemampuan pengamat. Ilustrasi sederhana: Bayangkan dua lingkaran, satu mewakili bumi dan satu lagi mewakili bulan. Metode hisab akan menghitung secara presisi posisi kedua lingkaran tersebut untuk menentukan posisi hilal, sementara metode rukyat akan mencoba melihat secara langsung keberadaan hilal di langit. Ketepatan metode hisab lebih terjamin karena didasarkan pada perhitungan matematis, sedangkan metode rukyat bergantung pada faktor-faktor eksternal yang tidak terkontrol.
Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025? Masih jauh sih, tapi udah mulai mikir kapan cuti panjangnya ya? Eh, ngomongin cuti, kebetulan nih lagi seru-serunya baca analisis sentimen publik soal libur puasa 2025, khususnya yang berkaitan dengan Pak Prabowo, cek aja di Libur Puasa 2025 Prabowo Analisis Sentimen Publik. Semoga aja analisisnya bisa memprediksi ramainya arus mudik Lebaran Muhammadiyah 2025 nanti, biar kita bisa antisipasi macetnya! Jadi, tanggal pastinya Lebaran Muhammadiyah 2025 masih misteri, tapi persiapannya udah bisa dimulai dari sekarang!
Sejarah dan Makna Lebaran Muhammadiyah
Perbedaan penetapan 1 Syawal antara Muhammadiyah dan sejumlah organisasi Islam lainnya di Indonesia kerap menjadi perbincangan publik. Muhammadiyah konsisten menggunakan metode hisab dalam penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal, sebuah pendekatan yang memiliki sejarah panjang dan filosofi yang mendalam dalam konteks organisasi tersebut. Pemahaman atas sejarah dan dasar pemikiran ini penting untuk memahami perbedaan tersebut dan menjaga persatuan umat Islam.
Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025? Rahasia itu tersimpan di langit, di balik derajat hilal yang misterius! Untuk mengetahuinya, kita perlu sedikit investigasi astronomi, cek saja di sini: Berapa Derajat Hilal Ramadhan 2025? Soalnya, perhitungan derajat hilal itu kunci utama penentuan awal Ramadhan, yang kemudian menentukan kapan pastinya kita bisa menikmati Lebaran Muhammadiyah 2025 dengan opor ayam dan ketupat yang menggugah selera! Jadi, siap-siap ya untuk perayaan yang penuh berkah!
Penetapan Lebaran Berdasarkan Hisab di Muhammadiyah
Muhammadiyah sejak awal berdirinya telah menetapkan penggunaan hisab dalam menentukan awal bulan kamariah, termasuk Syawal. Metode hisab ini didasarkan pada perhitungan astronomis untuk menentukan posisi hilal, tanda awal bulan baru. Keputusan ini didorong oleh semangat untuk menghadirkan kejelasan dan kepastian dalam pelaksanaan ibadah, menghindari kerancuan yang mungkin timbul akibat perbedaan pandangan dalam metode rukyat (pengamatan hilal).
Filosofi Penggunaan Metode Hisab
Penggunaan hisab dalam Muhammadiyah bukan semata-mata pendekatan praktis, melainkan juga didasarkan pada pemahaman teologis. Organisasi ini berpandangan bahwa hisab, jika dilakukan dengan akurat dan berdasarkan metode ilmiah yang sahih, dapat menjadi pedoman yang handal dalam menentukan awal bulan kamariah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa Allah SWT telah menciptakan alam semesta dengan hukum-hukum yang teratur, dan manusia dapat memahami hukum-hukum tersebut melalui ilmu pengetahuan.
Perbandingan Pandangan Muhammadiyah dengan Organisasi Islam Lainnya
Berbeda dengan Muhammadiyah yang lebih mengedepankan hisab, beberapa organisasi Islam lainnya masih mengutamakan rukyat sebagai metode utama dalam penentuan awal bulan kamariah. Perbedaan ini berakar pada perbedaan interpretasi terhadap dalil-dalil agama terkait penentuan awal bulan. Meskipun berbeda metode, tujuannya tetap sama, yaitu untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan agama.
Dasar Pemikiran Muhammadiyah tentang Penentuan Lebaran
“Dalam menetapkan awal bulan kamariah, Muhammadiyah berpedoman pada metode hisab yang akurat dan teruji. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa Allah SWT telah menciptakan alam semesta dengan hukum-hukum yang teratur, dan manusia dapat memahami hukum-hukum tersebut melalui ilmu pengetahuan.”
Kutipan di atas merupakan ringkasan dari berbagai fatwa dan pernyataan resmi Muhammadiyah yang dapat ditemukan dalam literatur resmi organisasi tersebut. Perlu dicatat bahwa penetapan ini berdasarkan kajian ilmiah dan ijtihad yang terus berkembang.
Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Umat Islam
Perbedaan metode penentuan Lebaran antara Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya tidak seharusnya menjadi penghalang bagi persatuan dan kesatuan umat. Perbedaan tersebut merupakan bagian dari dinamika beragama yang wajar. Yang terpenting adalah saling menghormati perbedaan dan tetap menjaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) di tengah keberagaman tersebut. Toleransi dan saling pengertian merupakan kunci untuk membangun kerukunan dan persatuan umat.
Persiapan dan Tradisi Lebaran Muhammadiyah 2025
Lebaran Muhammadiyah, yang jatuh pada tanggal berbeda dengan Lebaran berdasarkan hisab pemerintah, selalu menyajikan dinamika tersendiri bagi umat Islam di Indonesia. Perbedaan ini tak hanya soal penetapan tanggal, melainkan juga berdampak pada persiapan, tradisi, dan suasana perayaan yang dijalani. Tahun 2025 mendatang, perbedaan ini kembali akan mewarnai perayaan Idul Fitri, menghadirkan nuansa unik yang patut disimak.
Duh, bingung nih Lebaran Muhammadiyah 2025 tanggal berapa? Mungkin sambil nunggu kepastian, kita intip dulu kabar terbaru soal saldo e-wallet, siapa tau ada rezeki nomplok! Cek aja di Berita Aplikasi Dana Hari Ini 2025 Terbaru Hari Ini , kali aja ada promo menarik buat persiapan Lebaran. Semoga aja tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025nya pas banget sama tanggal gajian, biar makin meriah! Amin!
Persiapan Menyambut Lebaran Muhammadiyah
Umat Islam yang mengikuti penentuan Lebaran Muhammadiyah umumnya melakukan persiapan yang tak jauh berbeda dengan persiapan Lebaran secara umum. Namun, karena perbedaan tanggal, persiapan ini seringkali dilakukan dalam waktu yang lebih singkat atau terintegrasi dengan aktivitas menjelang akhir Ramadan. Hal ini membutuhkan manajemen waktu yang lebih efektif.
- Membersihkan rumah dan lingkungan sekitar, sebagai simbol penyucian diri menyambut hari raya.
- Membeli pakaian baru dan mempersiapkan hidangan khas Lebaran, seperti ketupat, opor ayam, rendang, dan kue-kue kering.
- Menyiapkan amplop berisi uang untuk diberikan kepada anak-anak dan sanak saudara sebagai simbol berbagi kebahagiaan.
- Memastikan ketersediaan bahan pokok untuk keperluan memasak dan konsumsi selama beberapa hari Lebaran.
- Merencanakan kunjungan silaturahmi kepada keluarga dan kerabat.
Tradisi Unik Lebaran Muhammadiyah di Berbagai Daerah
Meskipun inti perayaan tetap sama, tradisi Lebaran Muhammadiyah menunjukkan variasi menarik di beberapa daerah di Indonesia. Perbedaan ini seringkali dipengaruhi oleh budaya lokal yang berpadu dengan nilai-nilai keagamaan.
- Di Yogyakarta misalnya, Lebaran Muhammadiyah seringkali diwarnai dengan kegiatan keagamaan yang lebih intensif di masjid dan musholla, dengan pengajian dan salat Id yang khusyuk.
- Di beberapa daerah di Jawa Timur, tradisi arak-arakan takbir keliling masih dijumpai, meskipun dengan skala yang mungkin lebih kecil dibandingkan dengan Lebaran nasional.
- Di daerah-daerah dengan penduduk mayoritas Muhammadiyah, perayaan Lebaran terasa lebih khidmat dan fokus pada ibadah, dengan kunjungan silaturahmi yang lebih terorganisir.
Kegiatan Khas Hari Lebaran Muhammadiyah
Hari Lebaran Muhammadiyah dirayakan dengan kegiatan-kegiatan yang serupa dengan Lebaran secara umum, namun dengan nuansa yang sedikit berbeda karena perbedaan waktu.
- Sholat Idul Fitri berjamaah di masjid atau musholla.
- Saling memaafkan antar keluarga dan kerabat.
- Menikmati hidangan khas Lebaran bersama keluarga.
- Menerima kunjungan silaturahmi dari sanak saudara dan tetangga.
- Memberikan hadiah kepada anak-anak.
- Berbagi takjil dan makanan kepada yang membutuhkan.
Suasana Lebaran Muhammadiyah: Ibadah, Silaturahmi, dan Keakraban Keluarga
Suasana Lebaran Muhammadiyah diwarnai dengan khidmatnya ibadah sholat Id, diiringi lantunan takbir yang menggema di berbagai penjuru. Rumah-rumah dihiasi dengan dekorasi sederhana namun penuh makna, menciptakan suasana hangat dan penuh damai. Bau wangi masakan Lebaran memenuhi udara, menambah semarak perayaan. Keakraban keluarga tampak jelas dalam setiap aktivitas, dari berbagi hidangan hingga bercerita dan saling bercanda. Kunjungan silaturahmi menjadi momen penting untuk mempererat tali persaudaraan dan saling memaafkan.
Pertemuan antar keluarga yang mungkin terhambat karena perbedaan tanggal Lebaran, seringkali diatasi dengan penjadwalan ulang kunjungan atau komunikasi virtual. Hal ini menunjukkan adaptasi masyarakat dalam menjaga silaturahmi meskipun ada perbedaan dalam penentuan hari raya.
Dampak Perbedaan Tanggal Lebaran terhadap Perencanaan Kegiatan Masyarakat
Perbedaan tanggal Lebaran antara Muhammadiyah dan pemerintah memang berdampak pada perencanaan kegiatan masyarakat. Beberapa perusahaan atau instansi mungkin perlu membuat dua skema cuti Lebaran, atau menyesuaikan jadwal operasional agar dapat mengakomodasi kedua perayaan tersebut. Keluarga yang anggota keluarganya merayakan Lebaran pada tanggal berbeda juga perlu melakukan penyesuaian jadwal untuk bisa berkumpul bersama.
Di sisi lain, perbedaan ini juga menjadi kesempatan untuk memperkuat toleransi dan saling menghormati antar umat Islam dengan berbagai perbedaan pandangan. Hal ini menuntut pemahaman dan kebijaksanaan dalam menyikapi perbedaan, sehingga perbedaan tanggal Lebaran tidak menjadi pemicu perpecahan, melainkan justru menjadi pembelajaran berharga dalam keberagaman.
Dampak Perbedaan Tanggal Lebaran Muhammadiyah dan Pemerintah
Perbedaan penetapan 1 Syawal antara Muhammadiyah dan pemerintah kerap memunculkan dinamika sosial dan ekonomi yang perlu dikaji. Hal ini bukan sekadar perbedaan ritual keagamaan, melainkan juga berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari mobilitas hingga aktivitas ekonomi. Memahami dampak-dampak ini penting untuk membangun toleransi dan meminimalisir potensi konflik yang mungkin timbul.
Perbedaan penetapan hari raya Idul Fitri antara Muhammadiyah dan pemerintah telah menjadi isu tahunan yang kompleks. Dampaknya tidak hanya dirasakan secara individual, tetapi juga berimbas pada tatanan sosial dan ekonomi secara luas. Hal ini memerlukan pemahaman yang komprehensif untuk mencari solusi yang bijak dan menjamin kerukunan umat.
Dampak Sosial Perbedaan Tanggal Lebaran
Perbedaan tanggal Lebaran berpotensi menimbulkan berbagai dinamika sosial. Mulai dari pembagian waktu cuti bersama yang berbeda, hingga kesulitan dalam mengatur kegiatan keluarga yang melibatkan anggota keluarga dengan afiliasi organisasi keagamaan yang berbeda. Kondisi ini bisa menimbulkan kebingungan dan bahkan sedikit kekecewaan bagi sebagian pihak. Misalnya, keluarga yang anggota keluarganya merayakan Lebaran di tanggal yang berbeda, harus membagi waktu atau merayakannya secara terpisah. Hal ini tentu saja berdampak pada keharmonisan keluarga. Selain itu, perbedaan ini juga dapat menyebabkan pemisahan dalam kegiatan sosial seperti silaturahmi dan berkumpul bersama sanak saudara.
Dampak Ekonomi Perbedaan Tanggal Lebaran
Perbedaan tanggal Lebaran juga berdampak pada sektor ekonomi. Aktivitas bisnis dan perdagangan mungkin terbagi menjadi dua periode puncak, sehingga tidak optimal. Industri pariwisata, misalnya, bisa mengalami penurunan kunjungan jika terdapat perbedaan yang signifikan dalam tanggal cuti bersama. Perusahaan yang karyawannya berasal dari berbagai latar belakang keagamaan mungkin perlu mengatur jadwal kerja yang fleksibel untuk mengakomodasi perbedaan tersebut. Ini tentu membutuhkan perencanaan dan manajemen yang cermat agar tidak mengganggu produktivitas.
Potensi Konflik dan Penanganannya
Perbedaan penetapan tanggal Lebaran berpotensi memicu konflik, meskipun kecil. Misalnya, ketegangan dapat muncul dalam lingkungan kerja atau komunitas jika tidak ditangani dengan bijak. Namun, potensi konflik ini dapat diminimalisir melalui komunikasi yang efektif, saling pengertian, dan penghormatan terhadap perbedaan. Pentingnya edukasi publik mengenai perbedaan metode hisab juga menjadi kunci dalam menciptakan suasana toleransi dan mencegah munculnya perselisihan. Pendekatan yang mengedepankan dialog dan pemahaman akan lebih efektif daripada pendekatan yang kaku dan menghakimi.
Contoh Kasus Dampak Perbedaan Tanggal Lebaran di Masa Lalu
Di beberapa tahun sebelumnya, perbedaan tanggal Lebaran telah memunculkan berbagai dinamika di masyarakat. Misalnya, terdapat laporan mengenai kesulitan dalam mengatur jadwal perjalanan mudik, khususnya bagi mereka yang bekerja di sektor formal yang mengikuti cuti bersama pemerintah. Selain itu, ada pula laporan mengenai perbedaan persepsi dalam kegiatan keagamaan di lingkungan tertentu. Kasus-kasus tersebut menunjukkan pentingnya antisipasi dan manajemen yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif.
Solusi Meminimalisir Dampak Negatif
Beberapa solusi dapat diterapkan untuk meminimalisir dampak negatif perbedaan tanggal Lebaran. Pemerintah dapat mempertimbangkan fleksibilitas dalam penetapan cuti bersama, atau mungkin mempertimbangkan opsi cuti bersama yang lebih panjang yang mengakomodasi perbedaan tersebut. Pentingnya dialog antar organisasi keagamaan juga harus terus digalakkan. Sosialisasi dan edukasi publik tentang perbedaan metode hisab dan pentingnya toleransi juga menjadi kunci utama dalam menciptakan kerukunan umat. Komunikasi yang intensif dan transparan antara pemerintah, organisasi keagamaan, dan masyarakat umum sangat krusial dalam menciptakan solusi yang diterima semua pihak.
Pandangan Tokoh Agama tentang Perbedaan Tanggal Lebaran
“Perbedaan dalam menentukan awal Syawal bukanlah sesuatu yang harus menjadi sumber perpecahan. Sebaliknya, perbedaan ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan saling menghormati keyakinan masing-masing. Yang terpenting adalah kita tetap menjaga silaturahmi dan toleransi antar sesama umat,”
Perbedaan Metode Penentuan Lebaran Muhammadiyah dan Pemerintah: Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025
Perbedaan penetapan tanggal Lebaran antara Muhammadiyah dan pemerintah Indonesia kerap menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh perbedaan metode hisab yang digunakan dalam menentukan awal bulan Syawal, yang merupakan penanda dimulainya Hari Raya Idul Fitri. Pemahaman akan perbedaan ini penting untuk menjaga toleransi dan kerukunan antar umat Islam.
Perbedaan Metode Perhitungan Lebaran Muhammadiyah dan Pemerintah
Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, sedangkan pemerintah menggunakan metode rukyatul hilal yang dikombinasikan dengan hisab. Metode hisab hakiki wujudul hilal berfokus pada perhitungan astronomis untuk menentukan posisi hilal, tanpa mempertimbangkan faktor visibilitas. Jika kriteria hisab terpenuhi, maka awal bulan Syawal dinyatakan telah tiba. Sementara itu, pemerintah menggabungkan perhitungan hisab dengan pengamatan hilal (rukyat). Meskipun perhitungan hisab menjadi acuan utama, keberadaan hilal yang terlihat secara visual juga menjadi faktor penentu.
Tanggal Lebaran Muhammadiyah 2025
Berdasarkan perhitungan hisab hakiki wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah, prediksi awal bulan Syawal 1446 H jatuh pada tanggal 29 April 2025. Namun, perlu diingat bahwa ini merupakan prediksi dan bisa saja mengalami sedikit perubahan tergantung pada hasil perhitungan akhir yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Cara Menentukan Awal Bulan Syawal Menurut Muhammadiyah
Muhammadiyah menentukan awal bulan Syawal dengan metode hisab hakiki wujudul hilal. Metode ini memperhitungkan posisi hilal (bulan sabit) berdasarkan perhitungan astronomis. Kriteria yang digunakan meliputi ketinggian hilal, elongasi, dan umur hilal. Jika kriteria-kriteria tersebut terpenuhi, maka awal bulan Syawal dinyatakan telah tiba. Proses perhitungan ini dilakukan secara cermat dan teliti oleh para ahli astronomi di lingkungan Muhammadiyah.
Sikap yang Tepat Jika Lebaran Muhammadiyah Berbeda dengan Lebaran Pemerintah
Perbedaan penetapan Lebaran antara Muhammadiyah dan pemerintah merupakan hal yang wajar dan perlu disikapi dengan bijak. Toleransi dan saling menghormati menjadi kunci utama dalam menjaga kerukunan umat Islam. Masyarakat hendaknya tetap menjaga silaturahmi dan saling menghargai perbedaan pendapat dalam menentukan awal bulan Syawal. Penting untuk memahami bahwa perbedaan metode bukan berarti perbedaan keyakinan.
Pentingnya Toleransi Antar Umat Islam dalam Perbedaan Penentuan Lebaran
Toleransi antar umat Islam sangat penting dalam konteks perbedaan penentuan Lebaran. Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat merupakan cerminan dari akhlak mulia seorang muslim. Perbedaan metode hisab tidak seharusnya menjadi pemicu perpecahan, justru sebaliknya, perbedaan ini dapat menjadi sarana untuk memperkaya pemahaman keagamaan dan memperkuat ukhuwah islamiyah. Saling menghargai perbedaan menjadi kunci utama dalam menjaga keharmonisan dan persatuan umat.