Pajak PPh 21 THR Maret 2025

Pajak Pph 21 THR Maret 2025 – Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan hak pekerja yang diberikan menjelang hari raya keagamaan. Pemberian THR ini juga memiliki implikasi perpajakan, khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) yang menjadi kewajiban pemberi kerja untuk dipotong dan disetor ke kas negara. Artikel ini akan membahas perhitungan PPh 21 THR Maret 2025, dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Memahami perhitungan PPh 21 THR penting bagi baik karyawan maupun perusahaan. Karyawan perlu memahami besaran pajak yang akan dipotong dari THR mereka, sementara perusahaan perlu memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Kejelasan perhitungan ini akan mencegah potensi sengketa dan memastikan terselenggaranya kewajiban perpajakan secara tepat.
Definisi THR dan Kewajiban Pajak PPh 21
Tunjangan Hari Raya (THR) adalah pembayaran tambahan yang diberikan kepada pekerja atau karyawan menjelang hari raya keagamaan, seperti Idul Fitri atau Natal. THR merupakan bagian dari penghasilan bruto karyawan dan, karenanya, dikenakan pajak penghasilan Pasal 21. Dasar hukumnya mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur tentang ketenagakerjaan dan perpajakan di Indonesia. Kewajiban pemotongan dan penyetoran PPh 21 THR berada di pundak pemberi kerja.
Dasar Hukum Perpajakan THR Maret 2025
Dasar hukum perpajakan THR berasal dari berbagai peraturan perundang-undangan, termasuk namun tidak terbatas pada Undang-Undang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya. Peraturan-peraturan ini mengatur tentang penghasilan kena pajak, tarif pajak, dan mekanisme pemotongan dan penyetoran pajak. Untuk tahun 2025, acuannya adalah peraturan perpajakan yang berlaku pada saat itu. Sebaiknya selalu merujuk pada peraturan terbaru yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk memastikan akurasi informasi.
Contoh Perhitungan PPh 21 THR
Berikut contoh perhitungan PPh 21 THR untuk beberapa skenario penghasilan karyawan. Perhitungan ini bersifat ilustrasi dan bisa berbeda tergantung peraturan perpajakan yang berlaku dan penghasilan kena pajak masing-masing karyawan.
- Karyawan A: Penghasilan Bruto THR Rp 5.000.000, PTKP Rp 54.000.000 per tahun (menyesuaikan dengan PTKP terbaru), PPh terutang (misal): Rp 150.000
- Karyawan B: Penghasilan Bruto THR Rp 10.000.000, PTKP Rp 54.000.000 per tahun, PPh terutang (misal): Rp 450.000
- Karyawan C: Penghasilan Bruto THR Rp 20.000.000, PTKP Rp 54.000.000 per tahun, PPh terutang (misal): Rp 1.200.000
Catatan: Angka-angka PPh terutang di atas merupakan contoh ilustrasi dan dapat berbeda berdasarkan peraturan perpajakan terbaru dan penghasilan kena pajak masing-masing individu.
Tabel Perbandingan Besaran PPh 21 THR
Tabel berikut memberikan gambaran perbandingan besaran PPh 21 THR berdasarkan penghasilan kena pajak. Ingatlah bahwa ini hanya ilustrasi dan perlu disesuaikan dengan peraturan perpajakan terbaru dan kondisi masing-masing karyawan.
Penghasilan Kena Pajak (PKP) | PPh 21 Terutang (Ilustrasi) |
---|---|
Rp 5.000.000 | Rp 150.000 |
Rp 10.000.000 | Rp 450.000 |
Rp 20.000.000 | Rp 1.200.000 |
Catatan: Angka-angka dalam tabel ini merupakan contoh ilustrasi dan dapat berbeda berdasarkan peraturan perpajakan terbaru dan penghasilan kena pajak masing-masing individu.
Alur Perhitungan PPh 21 THR
Perhitungan PPh 21 THR melibatkan beberapa langkah. Berikut alur perhitungannya secara umum:
- Menentukan Penghasilan Bruto THR: Jumlah total THR yang diterima karyawan.
- Menentukan Penghasilan Kena Pajak (PKP): Penghasilan Bruto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
- Menentukan Tarif Pajak: Tarif pajak PPh 21 ditentukan berdasarkan PKP dan peraturan perpajakan yang berlaku.
- Memhitung PPh 21 Terutang: PKP dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku.
- Pemotongan dan Penyetoran: Perusahaan memotong PPh 21 dari THR karyawan dan menyetor ke kas negara.
Catatan: Alur perhitungan ini bersifat umum dan dapat berbeda berdasarkan peraturan perpajakan terbaru dan kondisi masing-masing karyawan. Konsultasikan dengan konsultan pajak untuk memastikan perhitungan yang akurat.
Perubahan Aturan Pajak PPh 21 THR Maret 2025

Pemerintah secara berkala melakukan penyesuaian terhadap aturan perpajakan, termasuk Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) atas Tunjangan Hari Raya (THR). Artikel ini akan mengulas perubahan regulasi PPh 21 THR yang berlaku pada Maret 2025, membandingkannya dengan aturan tahun 2024, dan menjelaskan dampaknya bagi wajib pajak. Perlu diingat bahwa informasi ini bersifat umum dan disarankan untuk berkonsultasi dengan konsultan pajak untuk mendapatkan informasi yang lebih detail dan sesuai dengan kondisi masing-masing wajib pajak.
Perbandingan Aturan Pajak PPh 21 THR Tahun 2024 dan 2025
Peraturan mengenai penghitungan PPh 21 THR dapat mengalami perubahan dari tahun ke tahun, tergantung kebijakan pemerintah. Perubahan ini bisa meliputi besaran PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), tarif pajak, atau mekanisme perhitungan lainnya. Berikut perbandingan aturan (sebagai contoh ilustrasi, data aktual harus dikonfirmasi dari sumber resmi):
Aspek | Tahun 2024 (Ilustrasi) | Tahun 2025 (Ilustrasi) |
---|---|---|
PTKP | Rp 54.000.000 per tahun | Rp 60.000.000 per tahun (Ilustrasi: kenaikan PTKP) |
Tarif Pajak | Berlaku tarif progresif sesuai dengan peraturan yang berlaku. | Berlaku tarif progresif, mungkin terdapat penyesuaian (Ilustrasi: penyesuaian tarif pajak). |
Mekanisme Perhitungan | THR dihitung sebagai bagian dari penghasilan bruto. | THR dihitung sebagai bagian dari penghasilan bruto, namun mungkin terdapat perubahan mekanisme perhitungan (Ilustrasi: perubahan mekanisme perhitungan). |
Dampak Perubahan Regulasi Terhadap Wajib Pajak
Perubahan regulasi PPh 21 THR dapat berdampak signifikan terhadap kewajiban pajak wajib pajak. Kenaikan PTKP misalnya, dapat mengurangi jumlah pajak terutang. Sebaliknya, penyesuaian tarif pajak atau perubahan mekanisme perhitungan dapat meningkatkan atau menurunkan jumlah pajak yang harus dibayarkan. Penting bagi wajib pajak untuk memahami perubahan tersebut agar dapat menghitung dan membayar pajak dengan benar.
Contoh Kasus Perhitungan PPh 21 THR dengan Aturan Baru Maret 2025
Misalnya, seorang karyawan menerima THR sebesar Rp 10.000.000 pada Maret 2025. Dengan asumsi PTKP Rp 60.000.000 per tahun (atau Rp 5.000.000 per bulan) dan tarif pajak progresif yang telah disesuaikan, perhitungan PPh 21 THR akan dilakukan sebagai berikut (Ilustrasi perhitungan, data aktual harus dikonfirmasi dari sumber resmi):
- Penghasilan Bruto: Rp 10.000.000
- PTKP per bulan: Rp 5.000.000
- Penghasilan Kena Pajak (PKP): Rp 10.000.000 – Rp 5.000.000 = Rp 5.000.000
- Pajak terutang (dengan asumsi tarif pajak 5% untuk ilustrasi): Rp 5.000.000 x 5% = Rp 250.000
Perhitungan di atas merupakan ilustrasi sederhana. Perhitungan sebenarnya mungkin lebih kompleks dan tergantung pada berbagai faktor, termasuk penghasilan lainnya yang diterima karyawan selama setahun.
Penghitungan Pajak PPh 21 THR Maret 2025
Menghitung pajak PPh 21 untuk Tunjangan Hari Raya (THR) Maret 2025 membutuhkan pemahaman yang cermat terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Perhitungan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk besarnya THR yang diterima, status perkawinan karyawan, jumlah tanggungan, dan pemotongan pajak lainnya. Berikut penjelasan rinci mengenai langkah-langkah perhitungannya.
Langkah-langkah Perhitungan PPh 21 THR Maret 2025
Perhitungan PPh 21 THR melibatkan beberapa tahapan. Pertama, tentukan penghasilan bruto THR. Kemudian, hitung penghasilan kena pajak (PKP) dengan mempertimbangkan berbagai pengurangan yang diperbolehkan. Terakhir, tentukan besarnya pajak yang terutang berdasarkan PKP dan tarif pajak yang berlaku. Proses ini akan dijelaskan lebih detail pada sub-bab selanjutnya.
Komponen Penghasilan Bruto THR
Penghasilan bruto THR meliputi seluruh jumlah THR yang diterima karyawan sebelum dikurangi pajak dan potongan lainnya. Komponen ini biasanya hanya mencakup jumlah THR itu sendiri, tanpa termasuk gaji pokok atau tunjangan lain yang diterima di bulan yang sama. Jika terdapat pembayaran bonus atau insentif lain yang diberikan bersamaan dengan THR, maka komponen tersebut perlu dimasukkan dalam penghasilan bruto THR.
Ilustrasi Perhitungan PPh 21 THR Berbagai Status dan Jumlah Tanggungan
Berikut ilustrasi perhitungan untuk karyawan dengan berbagai kondisi. Perlu diingat bahwa ilustrasi ini bersifat umum dan angka-angka yang digunakan hanya contoh. Tarif pajak dan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) dapat berubah setiap tahunnya, sehingga perlu merujuk pada peraturan perpajakan terbaru.
- Karyawan A (Kawin, 2 Tanggungan, THR Rp 10.000.000): Setelah dikurangi PTKP dan penghasilan tidak kena pajak lainnya, misalkan PKP menjadi Rp 5.000.000. Berdasarkan tarif pajak PPh 21 tahun 2025 (asumsi), pajak yang terutang dapat dihitung. Misal, pajak terutang adalah Rp 750.000.
- Karyawan B (Belum Kawin, 0 Tanggungan, THR Rp 5.000.000): Dengan PKP misalnya Rp 2.000.000, pajak terutang berdasarkan tarif pajak PPh 21 tahun 2025 (asumsi) misalnya adalah Rp 300.000.
Perhitungan detail untuk setiap kasus akan berbeda tergantung pada besarnya THR, status perkawinan, jumlah tanggungan, dan tarif pajak yang berlaku.
Perhitungan PPh 21 THR Lebih dari Satu Kali dalam Setahun
Jika karyawan menerima THR lebih dari satu kali dalam setahun, perhitungan PPh 21 dilakukan untuk setiap kali penerimaan THR. Penghasilan bruto THR untuk setiap kali penerimaan dihitung secara terpisah, kemudian dijumlahkan dengan penghasilan lainnya dalam periode tersebut untuk menentukan PKP. Pajak yang terutang kemudian dihitung berdasarkan PKP dan tarif pajak yang berlaku. Perlu diperhatikan bahwa penghasilan THR yang telah dipotong pajaknya tidak dihitung lagi untuk perhitungan THR berikutnya.
Perhitungan PPh 21 THR dengan Pemotongan Pajak Lainnya
Apabila terdapat pemotongan pajak lainnya, seperti pajak penghasilan dari gaji pokok, maka pemotongan tersebut perlu diperhitungkan dalam perhitungan PPh 21 THR. Total PPh 21 yang terutang dari seluruh penghasilan (THR dan gaji) dalam satu periode pajak akan dibandingkan dengan total pajak yang telah dipotong. Jika pajak yang telah dipotong kurang dari pajak yang terutang, maka karyawan perlu membayar kekurangan pajak. Sebaliknya, jika pajak yang telah dipotong lebih besar dari pajak yang terutang, maka karyawan berhak atas pengembalian pajak.
Kewajiban Pelaporan Pajak PPh 21 THR Maret 2025
Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawan merupakan kewajiban perusahaan yang diatur oleh undang-undang. Namun, kewajiban tersebut juga berimplikasi pada kewajiban pelaporan pajak PPh Pasal 21 atas THR tersebut. Pelaporan yang tepat waktu dan akurat sangat penting untuk menghindari sanksi dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan.
Kewajiban Pelaporan Pajak PPh 21 THR bagi Pemberi Kerja
Pemberi kerja wajib melaporkan pajak PPh Pasal 21 yang telah dipotong dari THR karyawan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pelaporan ini dilakukan melalui sistem online yang telah disediakan oleh DJP. Ketepatan waktu pelaporan sangat penting untuk menghindari denda dan sanksi administrasi lainnya.
Format Pelaporan Pajak PPh 21 THR
Format pelaporan pajak PPh Pasal 21 THR umumnya mengikuti format pelaporan PPh Pasal 21 bulanan, namun dengan penambahan keterangan khusus untuk THR. Data yang dilaporkan meliputi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemberi kerja, NPWP karyawan, jumlah THR bruto, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong, dan periode pembayaran THR. Informasi lebih detail dapat dilihat pada panduan resmi yang diterbitkan oleh DJP.
Sebagai gambaran, data yang dibutuhkan meliputi data identitas karyawan (Nama, NPWP, dan penghasilan bruto), jumlah THR yang diterima, dan jumlah PPh 21 yang dipotong. Data ini kemudian diinput ke dalam sistem pelaporan online DJP.
Contoh Pengisian Formulir Pelaporan Pajak PPh 21 THR
Meskipun formulir pelaporan dilakukan secara online, berikut contoh data yang perlu disiapkan sebelum melakukan pelaporan:
Nama Karyawan | NPWP Karyawan | THR Bruto | PPh 21 yang Dipotong |
---|---|---|---|
Andi Setiawan | 12345678910111 | Rp 5.000.000 | Rp 750.000 |
Budi Susanto | 12345678910122 | Rp 4.000.000 | Rp 600.000 |
Data di atas kemudian diinput ke dalam sistem e-Filing DJP dengan mengikuti panduan yang tersedia. Perlu diingat bahwa ini hanyalah contoh sederhana dan data aktual mungkin berbeda tergantung kebijakan perusahaan dan peraturan perpajakan yang berlaku.
Sanksi Keterlambatan atau Kegagalan Pelaporan Pajak PPh 21 THR
Keterlambatan atau kegagalan dalam melaporkan pajak PPh Pasal 21 THR akan dikenakan sanksi berupa denda administrasi sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Besarnya denda dapat bervariasi tergantung pada jumlah pajak yang terutang dan lamanya keterlambatan. Selain denda, perusahaan juga dapat menghadapi sanksi lain seperti teguran atau bahkan penindakan hukum.
Sistem Pelaporan Pajak PPh 21 THR Secara Online
Pelaporan pajak PPh Pasal 21 THR dilakukan secara online melalui sistem e-Filing yang disediakan oleh DJP. Sistem ini memudahkan pemberi kerja dalam melaporkan pajak dan memantau status pelaporan. Sebelum melakukan pelaporan, pastikan perusahaan telah memiliki akun e-Filing yang aktif dan terdaftar di DJP.
Pertanyaan Umum Seputar Pajak PPh 21 THR Maret 2025

Pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang hari raya keagamaan merupakan kewajiban perusahaan bagi karyawannya. Namun, pembayaran THR juga memiliki implikasi perpajakan yang perlu dipahami oleh perusahaan dan karyawan. Berikut penjelasan mengenai beberapa pertanyaan umum seputar pajak PPh 21 THR Maret 2025.
Pengertian THR dan Kaitannya dengan PPh 21
THR merupakan tunjangan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, biasanya menjelang hari raya keagamaan seperti Idul Fitri atau Natal. THR termasuk dalam penghasilan karyawan dan dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21). Besaran PPh 21 yang terutang dihitung berdasarkan penghasilan bruto THR dikurangi dengan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) jika penghasilan tersebut melebihi PTKP.
Cara Menghitung PPh 21 THR untuk Karyawan dengan Penghasilan di Atas PTKP
Perhitungan PPh 21 THR untuk karyawan dengan penghasilan di atas PTKP dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, tentukan penghasilan bruto THR. Kemudian, kurangi penghasilan bruto THR dengan PTKP karyawan. Hasilnya adalah penghasilan kena pajak (PKP). Selanjutnya, PKP dikalikan dengan tarif pajak PPh 21 yang berlaku. Tarif pajak ini bersifat progresif, artinya semakin tinggi PKP, semakin tinggi pula tarif pajaknya. Sebagai contoh, jika PKP seorang karyawan adalah Rp 5.000.000, maka tarif pajak yang berlaku dapat dilihat pada peraturan perpajakan yang berlaku, dan PPh 21 yang terutang dihitung berdasarkan tarif tersebut. Perlu diingat, perhitungan ini dapat berubah sesuai dengan peraturan perpajakan terbaru.
Dokumen yang Dibutuhkan untuk Pelaporan Pajak PPh 21 THR
Untuk pelaporan pajak PPh 21 THR, perusahaan membutuhkan beberapa dokumen penting. Dokumen-dokumen tersebut antara lain: bukti pembayaran THR kepada karyawan, daftar nominatif karyawan yang menerima THR beserta besarnya THR yang diterima, dan bukti pelunasan pajak PPh 21 THR.
- Bukti Pembayaran THR: Slip gaji atau bukti transfer THR ke rekening karyawan.
- Daftar Nominatif Karyawan: Daftar yang berisi nama, NPWP, dan jumlah THR yang diterima masing-masing karyawan.
- Bukti Pelunasan Pajak: SSP (Surat Setoran Pajak) yang menunjukkan bukti pembayaran PPh 21 THR ke kas negara.
Sanksi Keterlambatan Pembayaran atau Pelaporan Pajak PPh 21 THR, Pajak Pph 21 THR Maret 2025
Keterlambatan pembayaran atau pelaporan pajak PPh 21 THR dapat dikenakan sanksi berupa denda dan bunga. Besaran denda dan bunga bervariasi tergantung dari jumlah keterlambatan dan besarnya pajak yang terutang. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memastikan pembayaran dan pelaporan pajak PPh 21 THR dilakukan tepat waktu sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Sumber Informasi Lebih Lanjut tentang Pajak PPh 21 THR
Informasi lebih lanjut mengenai pajak PPh 21 THR dapat diperoleh melalui beberapa sumber terpercaya. Website resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) merupakan sumber informasi yang akurat dan up-to-date. Selain itu, konsultasi dengan konsultan pajak atau petugas pajak juga dapat membantu perusahaan dalam memahami dan memenuhi kewajiban perpajakannya terkait THR.
Contoh Kasus dan Studi Kasus Pajak PPh 21 THR Maret 2025
Memahami perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) untuk Tunjangan Hari Raya (THR) sangat penting bagi karyawan dan perusahaan. Berikut beberapa contoh kasus untuk memperjelas penerapannya dalam praktik, khususnya untuk THR yang diterima pada Maret 2025.
Perhitungan PPh 21 THR untuk Berbagai Kondisi Karyawan
Perhitungan PPh 21 THR dipengaruhi oleh status perkawinan, jumlah tanggungan, dan penghasilan bruto karyawan. Berikut ilustrasi perhitungan untuk beberapa kondisi:
- Karyawan Lajang: Misalnya, seorang karyawan lajang menerima THR sebesar Rp 10.000.000. Setelah dikurangi PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) untuk lajang, misal Rp 54.000.000 per tahun atau Rp 4.500.000 per bulan, dan dihitung berdasarkan tarif PPh 21 yang berlaku, maka besarnya PPh 21 yang terutang dapat dihitung. Angka ini bersifat ilustrasi dan dapat berbeda tergantung peraturan pajak yang berlaku saat itu.
- Karyawan Menikah Tanpa Tanggungan: Dengan THR yang sama (Rp 10.000.000), PTKP untuk karyawan menikah tanpa tanggungan akan lebih tinggi, sehingga PPh 21 yang terutang akan lebih rendah dibandingkan karyawan lajang. Perhitungannya serupa, dengan menggunakan PTKP yang sesuai dan tarif pajak yang berlaku.
- Karyawan Menikah Dengan Tanggungan: Jika karyawan menikah dan memiliki tanggungan, PTKP akan lebih tinggi lagi, mengakibatkan PPh 21 yang terutang menjadi lebih rendah. Perhitungan tetap mengikuti aturan yang berlaku, dengan memperhitungkan PTKP dan tarif pajak yang sesuai.
Perhitungan PPh 21 THR dengan Penghasilan Tambahan
Penerimaan penghasilan tambahan selain gaji pokok akan mempengaruhi perhitungan PPh 21 THR. Penghasilan tambahan ini akan diakumulasikan dengan THR dan dihitung PPh 21-nya secara kumulatif.
Contoh: Seorang karyawan menerima THR Rp 8.000.000 dan bonus kinerja Rp 2.000.000. Total penghasilan yang akan dikenakan PPh 21 adalah Rp 10.000.000. Perhitungan PPh 21 akan dilakukan berdasarkan total penghasilan ini, dengan memperhitungkan PTKP dan tarif pajak yang berlaku.
Studi Kasus Pelaporan Pajak PPh 21 THR yang Salah
Salah satu studi kasus yang mungkin terjadi adalah pelaporan PPh 21 THR yang kurang teliti, misalnya karena kesalahan perhitungan PTKP atau penggunaan tarif pajak yang salah. Hal ini dapat berakibat pada kekurangan pembayaran pajak, yang dapat dikenakan sanksi berupa denda dan bunga.
Contoh: Sebuah perusahaan salah menghitung PPh 21 THR karyawannya sehingga kurang bayar. Konsekuensinya, perusahaan harus membayar kekurangan pajak tersebut ditambah denda dan bunga sesuai peraturan yang berlaku. Ini dapat berdampak pada kerugian finansial perusahaan.
Penting untuk diingat: Perhitungan PPh 21 THR harus akurat dan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Kesalahan dalam perhitungan dapat berakibat pada sanksi administrasi. Konsultasi dengan konsultan pajak disarankan untuk memastikan kepatuhan perpajakan.
Perbandingan Hasil Perhitungan PPh 21 THR Berbagai Kasus
Kondisi Karyawan | THR (Rp) | Penghasilan Tambahan (Rp) | PPh 21 (Rp) (Ilustrasi) |
---|---|---|---|
Lajang | 10.000.000 | 0 | 1.000.000 |
Menikah, Tanpa Tanggungan | 10.000.000 | 0 | 800.000 |
Menikah, Dengan Tanggungan | 10.000.000 | 0 | 500.000 |
Menikah, Dengan Tanggungan, Penghasilan Tambahan | 8.000.000 | 2.000.000 | 900.000 |
Catatan: Angka PPh 21 pada tabel di atas merupakan ilustrasi dan dapat berbeda tergantung peraturan pajak yang berlaku pada Maret 2025 dan penghasilan bruto karyawan.